Tulisan kedua di People in Pandemic, salah satu unggahan ibu-ibu yang wira-wiri di linimasa saya adalah kawan lama Suri Annisa. Kenal sosok perempuan yang satu ini sejak 2007 di sebuah hajatan pemilihan duta pariwisata yang diadakan di Jakarta Pusat. Bisa dibilang kami sedekat itu dulu dan beberapa tahun kemudian. Icha, sapaan akrabnya, kemudian disibukan dengan keluarganya dan usaha childcare-nya, KiDee. Ingat sekali saya ketika ia merintis usahanya bersama partner bisnisnya, ia baru memutuskan tidak lagi bekerja dan fokus mengurus keluarga. Namun, jiwa Icha yang lulusan jurusan pendidikan di Universitas Atmajaya tidak membuat dia bisa diam dan tetap ingin mengembangkan kemampuan sebagai pendidik. Suaminya, Edu pun mendukung lebih jika bisa dilakukan sendiri alias wirausaha. Cerita awal struggle Icha saya dengarkan sambil menikmati berpiring-piring sushi di Pondok Indah Mall. Enam tahun kemudian, KiDee sudah punya tiga cabang di Senopati, TB Simatupang dan Bintaro.

Serindu itu bertemu manusia lain, obrolan kami di satu pagi ini jadi ajang kangen-kangenan, termasuk melihat rumahnya di bilangan Depok. Sekitar tahun lalu, kami sama-sama sedang mengalami renovasi rumah yang cukup major. Kisah-kisah decluttering dan mengungsi di rumah orangtua saya simak di linimasanya. "Gimana KiDee Cha?" pertanyaan pertama saya ke dia. Tentu bukan hal mudah untuk wiraswasta bertahan di tengah situasi ini. "Kita coba memenuhi kebutuhan katering makanan, supaya tetap bisa menggaji pegawai kami". Dalam situasi normal, KiDee menyediakan makanan untuk anak-anak yang ada di daycare. Saat ini KiDee pun mengubah pola bisnis, makanan jadi jualan utama yang menopang bisnis saat ini. Ide ini juga muncul dari kebutuhan ibu-ibu yang di rumah, meskipun work from home ternyata memenuhi kebutuhan pangan jadi tantangan sendiri. Apalagi kalau anak perlu ditemani untuk sekolah online. Promosinya juga semua masih mulut ke mulut. "Untuk pertama kalinya, kami minta tolong sama salah satu rekanan buat bantu promosi kateringnya KiDee. Dia ini psikolog yang followernya lumayan banyak." Tidak disangka, responnya baik juga. Penjualan meningkat. "Apa selama ini memang sudah memanfaatkan promosi online?" tanya saya. "Gak pernah ada bujet buat promo online sih Na, semua baru muncul sejak pandemi ini. KiDee sendiri juga gak pake iklan, masih ngandelin word of mouth semua."

Sebagai bisnis yang bergerak di bidang hospitality sekaligus edukasi, KiDee memang lebih tepat mengandalkan servis yang mumpuni. Testimonial orangtua yang menitipkan anaknya menjadi senjata utama untuk menggaet calon orangtua-orangtua lainnya. Icha mengakui, bisnis daycare ini tak terduga dan rawan stres. Merawat anak-anak usia dini bukan hal main-main, keselamatan,keamanan, kesehatan dan juga kenyamanan anak serta orangtua adalah yang utama. Masalah anak sakit yang bisa menulari anak lain atau sakit karena konsumsi makanan kurang baik wajib ditelusuri dan mendapat perlakuan khusus. Icha dan partnernya, Irna benar-benar mengontrol secara serius area ini. Icha mengakui, hal utama yang ditanyakan calon orangtua anak-anak KiDee selain program adalah CCTV dan bagaimana aksesnya. Sejak semua kebutuhan nutrisi, edukasi dan keamanan ini ada di genggaman KiDee, popularitas serta kredibilitas diakui makin tinggi. Ketika saya mulai menanyakan urusan 'dapur' Kidee, Icha mengaku sudah cuan setelah masuki tahun ketiga. Ditanya bagaimana dengan antisipasi dampak COVID19 ini, "Untungnya kami membagi keuntungan di akhir tahun. Jadi segala keperluan sudah terpenuhi, baru share dibagi." Icha juga merasa di situasi seperti ini sistem ini sangat membantu. Ia juga mengaku semua jajaran manajemen KiDee ikut turun ke dapur membantu staff KiDee yang kini diberdayakan untuk menyiapkan katering pesanan. "Biar cepet kelar masaknya kalau rame-rame.."ungkapnya disertai gelak tawa.

Icha sendiri cukup menikmati #dirumahaja selama karantina dan PSBB diberlakukan. "Tapi gue harus banget keluar rumah sesekali, mau cuma beli jajanan atau keluar kompleks. Bosen kalo gak." Dari mulai belanja keperluan sampai jajan yang iseng, nampaknya bisa jadi 'penyembuh' di kala hari-hari yang tidak lagi sebebas 60 hari lalu. Icha juga banyak menghabiskan waktunya di rumah bersama suaminya yang juga sibuk work from home dan anak perempuan, yang harus sekolah dari rumah. "Satu hal yang gue sadari selama 24 jam bersama anak gue, ternyata dia sudah hampir remaja". Icha mengaku ada kekhawatiran, ia melihat anaknya masih sangat 'bocah'. Tontonannya masih Disney atau Paw Patrol, tapi sudah sadar akan adegan ciuman misalnya sedang nonton bareng dan dia akan tutup mata. Buat Icha, gerak-gerik putri berusia 8 tahun ini sudah menunjukan remaja yang sudah sadar akan lawan jenis. "Dia udah malu kalau ganti baju di depan ayahnya. Pernah juga cerita soal salah satu cowok di sekolahnya dengan malu-malu, cowok yang konon suka ngeliatin dia" ungkap Icha sambil tertawa.
"Aduuh.. gue udah hampir masuk ke masa-masa bahas ginian nih sama anak gue!"
Mungkin masa-masa karantina ini, Icha dan Edu bisa jadi waktu yang tepat menyiapkan diskusi soal dunia remaja sampai sex education untuk sang anak?
**
KiDee Childcare ada di tiga cabang di Jakarta; Senopati, Graha Elnusa TB Simatupang dan Bintaro. Selama masa pandemi, Kidee juga melayani katering sehat untuk anak-anak via
Instagram.
No comments:
Post a Comment