Tuesday, May 5, 2020

People in Pandemic: Usaha Usaha Manusia (Intro)

Satu Dari Ratusan Sesi Zoom Kemudian
Selain menghitung hari sudah berapa lama #dirumahsaja dan penasaran kapan akhirnya kira-kira kita bisa beraktivitas di luar rumah (because normal is never near anywhere anymore!), saya juga penasaran dengan kegiatan teman-teman di luar sana. Orang-orang yang biasa saya temui di keseharian atau sekadar tegur sapa di media sosial. Bukan hanya soal kepo, tapi coping management rasanya jadi penting di masa-masa ini. Saya sendiri menganggap work from home bukan barang baru. 5 tahun lalu setelah resign dari pekerjaan kantor korporat, pekerjaan saya membutuhkan tatap muka kurang dari 3 kali per minggu. Sisanya mungkin saya manfaatkan untuk bekerja sendiri atau meeting di luar kantor. Bekerja dari rumah itu menyenangkan, tapi tidakmudah juga. Ada masa-masa bosan karena tidak ada teman mengobrol, suasana santai dan godaan ini itu di rumah.

Kerjaan Akbar Sekaligus Terakhir Sebelum Pandemik



Tahun 2016, setelah ambil unpaid leave sekitar 2 bulan untuk program summer camp dan lanjut plesiran di Eropa, saya menemui diri saya completely broke (yaiyalah sebulan jalan-jalan tanpa penghasilan) dan juga bosan.Saat itu pekerjaan rasanya banyak tapi sudah dikerjakan semua. Mau keluar rumah jalan-jalan, gak ada duit. Jadilah di rumah, berkawan sepi dan internet (Netflix belum booming saat itu.) Tahun-tahun berikutnya saya mulai bisa mengatur jadwal kerja dan kehidupan sosial, termasuk side job untuk tetap bisa waras dengan pekerjaan yang minim interaksi sosial. FYI, pekerjaan saya sebagai distributor film sampai 2019 hanya berdua dengan bos saya yang juga founder. Sisanya,paling beramah tamah dengan tim produksi yang ada di kantor atau kolega saya di ruang eksibisi. 80% pekerjaan semua lewat surel dan telepon. Dengan WFH memang akhirnya harus pintar-pintar bagi waktu supaya tidak stress atau gila sendiri. Belum lagi mereka-mereka yang harus intens menemani anak sekolah via daring, distorsi dari orang rumah, beberes urusan domestik, dan belum lagi kalau tinggal di kosan atau rumah petak yang terbatas luasnya. Kerja di rumah ternyata ekstra energi sekali!
Yoga Di Rumah Aja

Working Station Di Kasur :p
Lebih kurang situasinya seperti ini, hampir masuk minggu ke delapan karantina. Ada yang memang bekerja dari rumah-seperti saya, tetap harus ke kantor - seperti adik-adik saya yang bekerja di penerbangan dan rumah sakit, atau bahkan benar-benar tidak bekerja alias diPHK atau freelancer tanpa job. Banyak juga teman yang punya usaha, harus putar otak kanan kiri depan belakang supaya meminimalisir lay off karyawannya, atau sesimpel tidak mengorbankan dana pribadinya.

Satu Dari Sekian Resep yang Dicoba
Akhirnya saya ngapain aja di rumah? Yang pasti masih bekerja, hamdallah walau pemotongan sana-sini yang tak bisa dihindari. Ada sedikit sidejob- yang mencairkan invoicenya bikin deg-degan. Sisanya, tetap yoga dengan grup private, yoga online dengan guru-guru saya yang di Jakarta atau di negara lain, masak-masak resep dari William Ghozali di Youtube atau sekadar resep gampang dari Tastemade. "Nongkrong" pun tergantikan dengan telepon via Zoom atau Instagram Video yang filternya lucu-lucu dan receh. Kalaupun ada usaha-usaha lain yang coba saya lakukan, menulis kembali di blog atau beride menjadi reseller online shop. Mungkin itu salah dua yang bisa saya lakukan untuk sedikit meredakan kebosanan, atau bahkan level yang lebih mengerikan, kegilaan. Yah, mana tahu keadaan ini berlangsung lebih lama dari yang kita bayangkan. Bagi teman-teman yang tinggal sendiri, ngobrol sama tanaman atau binatang peliharaan bisa saja jadi opsi ketika sulit berinteraksi dengan manusia lain.

Jadilah, ini intro dari tulisan tentang semua usaha-usaha manusia di luar sana, beberapa di antaranya teman-teman saya, kolega atau keluarga saya. Apapun akhirnya, sangat produktif atau justru hanya rebahan, semuanya sah-sah aja kok!

Semoga berkenan membaca tulisan pertama di postingan berikutnya soal Usaha-Usaha Manusia lainnya!

No comments:

Post a Comment

What I Learn From: BTS Meals, Tokopedia, Mad Beauty and Everything "In The Name of BTS"..

Teaser kolaborasi BTS x McDonalds Tulisan ini ditulis dari pengalaman pribadi dari berbagai perspektif setelah kolaborasi McDonalds dan kola...