I used to write on myhocuspocus.blogspot.com and several online publication. But i move here now. To write more, i hope so.
Saturday, May 9, 2020
People in Pandemic: Hally Ahmad, Stress Abis Kabur Ke Bali
Edisi perdana People in Pandemic (PIP) ini saya coba mereach-out kawan yang dulu juga merangkap sebagai teman kerja dan tetangga. Mungkin tepatnya kami jadi berteman setelah bekerja bareng lalu kemudian dia menyewa rumah belakang punya nyokap. Hally Ahmad, saya tahu dari Q Film Festival lalu dia membantu saya di JIFFEST tahun 2013. Keahliannya event, budget, dan nego. Setidaknya itu di mata saya. Bonus lainnya, dia teman juga yang sering menasehati saya. Saya biasanya nurut saja apa kata dia. Dulu zaman dia masih sewa rumah belakang, kadang-kadang jalan malam cari Indomie di warkop juga sering terjadi. Sekarang dia sudah pindah ke apartemen di wilayah Jakarta Selatan, jadilah teman jajan malam-malam saya berkurang. Hally sudah empat tahun merintis usahanya di bidang galeri seni, Senimart.
Awalnya Hally dan partnernya, Bintang membuat Senimart untuk mempermudah akses galeri seni konvensional yang sudah ada. Sejauh ini kita mengenal galeri seni sebagai tempat pameran dengan segala instalasi dan juga tempat transaksi benda seni. Hally merasakan kebutuhan galeri yang sifatnya lebih simpel dan bisa banyak menghemat waktu, yaitu galeri online ini. "Jakarta kan dulu macet ya!".
Selain menjadikan platform ruang pamer dan jual beli hasil karya seniman, Senimart juga mulai membuat event-event seni yang bekerjasama dengan seniman, ruang pamer atau brand. Saya ingat datang ke salah satu pembukaan acara pameran lukisan Goenawan Muhammad di Hotel Monopoli tahun lalu dan juga cerita perjalanan kolaboratif Senimart ke Swiss serta beberapa kota lain di Eropa.
"Harusnya bulan ini ke depan jadi waktu terpadat Senimart, kita ada pameran terakhir sama Naufal Abshar Maret lalu. Sebelum akhirnya ada peraturan gubernur yang melarang semua acara" ujar Hally. "Waktu itu harusnya ada event offline bahkan sampai Juli bisa dibilang semua event ya ditunda dulu".
Hally mengaku sempat 'kabur' ke Bali. Waktu itu saya ingat, mewanti-wanti sebaiknya membatalkan niat bepergiannya itu. Tapi ternyata dia nekat tetap pergi selama lebih kurang lima hari. "Tau gak? Gue sebenernya meeting. Ada meeting dengan asosiasi dan hotel di sana. Sialnya, mereka batal datang ke Bali yang dari Jakarta. Jadilah gue pake jalan-jalan aja di Bali seminggu. Nyesel sih, karena sebenarnya bujet itu bisa menyelamatkan gue di situasi sekarang." Sebagai salah satu tim manajemen di Senimart, Hally mengaku pelit kalau urusan uang kantor. Semakin hemat, semakin baik.Mungkin ini buahnya berhemat ketika akhirnya pemasukan makin menipis dan harus lebih kreatif putar otak demi tetap menggaji dua karyawannya. "Yang penting rodanya harus berputar. Walau kita harus usaha lebih keras, mungkin dapatnya lebih kecil. Aset apa yang kita punya buat tetap jadi program. Yang penting seniman bisa tetap bisa kerja dan dapat pemasukan."
Di Bali selama lima hari bukan pemandangan ideal di situasi pandemi, Hally merasa tertampar melihat situasi di Pulau Dewata itu. Ia menginap di daerah ramai di Seminyak, hari ke hari ia melihat satu persatu toko tutup. Ia melihat klub kenamaan perlahan-lahan menjual furnitur di jalanan. Ia melihat manusia-manusia duduk di jalanan dan menangis karena kehilangan pekerjaan. Ia bahkan didatangi seorang turis. "Dia nanya, gue ngapain di Bali? Gue jawab, Kerja" Lalu kemudian ia mendapati sang turis itu menawarkan diri untuk bekerja kepadanya. "Miris banget, ini yang akhirnya membuat gue langsung mengunci diri di rumah. Gue belum keluar rumah sejak dari Bali itu" ujarnya.
Di tengah semua usahanya tetap mengaktifkan Senimart lewat program Potraits Against Corona atau berbagai bincang Live di Instagram, ia merasa juga perlu kewarasan sebagai mahluk sosial. "Gue tinggal di apartemen ukuran 36m2, sendiri. Kalo gak meeting, gue gak ngomong sama orang lain" Saya goda, "Sudah ngomong sama tanaman?". Ia tertawa.
Saya sempat melihat ia rajin memasak,saya mau pesan opor ayam buatannya.
"Gue masak buat orang-orang (apartemen) sini aja sih. Atau ada temen lain juga gantian masak.Misalnya hari ini gue masak buat makan siang sama malam, tapi porsinya buat berdua-bertiga. Nanti kapan gantian temen gue yang masak. Atau kalau emang lebih gue kasih tetangga atas bawah aja." upaya memasak bersama atau bergantian sepertinya cukup bisa jadi penawar stres.
"Ternyata masak sendiri semurah itu ya? Gue belanja 50ribu bisa dua kali makan, porsinya banyak." Saya tertawa, mengingat kalau makan sama Hally gak bisa hanya sedikit dan betapa dia ngomelnya kalau saya ajak beli minuman bobba atau dessert lucu, komentarnya "Makanan lucu-lucu lo gak bikin kenyang!". "Kebayang ya selama ini makan seratus ribu di mal itu udah minimal banget. Belom ngopi." Tambahnya. Jujur, ia merindukan duduk sendiri di coffeeshop ramai tetapi sukses membuat dia menyelesaikan beberapa proposal dalam beberapa jam. Keheningan di antara keramaian, mungkin banyak teman-teman yang juga merindukan.
"Gak apa makan hemat, yang penting gue tetep bisa beli skincare di Tokped!" Tandasnya diakhiri dengan gelak tawa kita berdua.
** Mari berpartisipasi di Potrait Against Corona dan Kataseni Senimart lewat Instagram @senimart_id
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
What I Learn From: BTS Meals, Tokopedia, Mad Beauty and Everything "In The Name of BTS"..
Teaser kolaborasi BTS x McDonalds Tulisan ini ditulis dari pengalaman pribadi dari berbagai perspektif setelah kolaborasi McDonalds dan kola...

-
Salah satu kegiatan yang masih saya lakukan meskipun di tengah pandemi adalah olahraga yoga. Saya ingat masih dalam pekan terakhir sebelum a...
-
Kali ini saya ngobrol sama kawan jauh dan memintanya bercerita untuk tulisan kali ini. Sebenarnya lebih tepat menyebut mbak Rini, sebagai se...
No comments:
Post a Comment