Monday, May 18, 2020

People in Pandemic: Amanda Tasning, Mengajar Yoga Sambil 24 jam Memantau Anak

Salah satu kegiatan yang masih saya lakukan meskipun di tengah pandemi adalah olahraga yoga. Saya ingat masih dalam pekan terakhir sebelum akhirnya saya melakukan karantina mandiri, saya masih mendaftar salah satu kelas yoga di tempat langganan saya. Dengan situasi normal, saya biasa ke studio yoga 3-4 kali seminggu termasuk kelas yoga grup private di rumah. Selama pandemi, semua kegiatan olahraga tentu masih tetap saya jalankan demi menjaga badan tetap bugar dan kewarasan juga. Hal yang saya rindukan tentunya energi di dalam kelas-meskipun saya sangat anti sosial di kelas, alias jarang ngobrol sama teman sekelas, dan juga adjustment dari guru-guru yang membetulkan postur selama kelas.

Forever Student (IG @amandatasning)
Bicara soal guru, saya cukup pemilih. Yoga dimulai tahun 2010, dengan beberapa teman yang memanggil guru (yang masih teman juga) di sebuah kafe di Senopati. Lalu di tahun 2012 saya berkenalan dengan Dini Maharani, berlatih di rumahnya di Pejaten. Sempat terhenti karena pekerjaan saya yang tidak memungkinkan yoga di pagi hari. Kemudian saya berlatih di Tangerine Wellness selama intensif karena dekat dengan kantor di Gunawarman. Sampai hari ini, bisa dibilang tiga tahun terakhir adalah waktu terintensif saya berlatih yoga dengan studio hopping ke sana ke mari. Kalau boleh jujur dari semua perjalanan saya dengan guru-guru yoga, saya merasa paling klop dengan guru-guru lulusan Dini Yoga, on the mat dan off the mat. Perlu postingan khusus untuk menjelaskan preferensi itu tapi nanti kita kembali ke topik itu ya!

Untuk saat ini, saya sudah cukup bisa memahami kebutuhan fisik saya dan juga spiritual lewat yoga. Bukan usaha sebentar, tapi mengenal diri sendiri bertahun-tahun memberikan cukup rasa legowo, dan juga soal penerimaan diri tanpa perlu validasi orang lain. Salah satu guru yoga yang saya ikuti kelasnya selama dua tahun terakhir adalah Amanda. Saya pertama kali ikut kelas dia saat yoga marathon sebagai kelas praktik dari rangkaian Dini Yoga Teacher Training lalu dalam beberapa obrolan ternyata beberapa irisan ada dalam kehidupan sosial kami, termasuk bekerja di gedung Aksara. Amanda di Ganara saya di Kinosaurus. Jadilah semakin sering bertemu dan semakin rajin ikut kelasnya. Bisa dibilang, kelas Amanda ini 'pedas pedas nikmat'. Fokusnya di core yang membuat perut bergetar, namun di akhir sesi pasti rasa nagih itu muncul. Jadi lupa kalau hampir sembilan puluh menit sebelum savasana (pose akhir relaksasi) kami sekelas dihajar latihan yang menguras keringat dan memicu kardio.

Selama masa pandemi, saya tetap coba aktif dan konsisten ikut kelas yoga termasuk kelas Amanda. Di sela-sela mengajar ternyata banyak penemuan baru bagi Amanda, termasuk usaha-usahanya bertahan di antara bisnis serta kehidupan di rumah. Saya tahu Amanda dan suaminya memiliki beberapa usaha di bidang F&B, Amanda sendiri juga punya studio olahraga yang merupakan bisnis bersama kawan-kawannya. "Banyak banget yang berubah dari rencana kita tahun ini." Amanda mengaku tahun ini berencan membuka satu properti baru yang juga akan digunakan sebagai studio yoga. Nampaknya rencana tersebut harus ditahan dulu. Selain itu, bersama beberapa rekannya, ia juga mengelola studio olahraga, Breathe di bilangan Senopati yang menawarkan tidak hanya yoga tetapi juga

barre, mat pilates dan lainnya. "Breathe tutup. Tapi kita coba buka kelas online yang unlimited buat member". Kelas Breathe At Home, mematok harga Rp 300.000 saja sebulan untuk akses tidak terbatas dengan dua kelas setiap harinya. Sistemnya juga dibagi rata untuk guru-guru yang mengajar jadi semua bisa kebagian. "Kalau pekerja studio lainnya gimana?" tanya saya. Amanda dan rekan bisnisnya di Breathe tetap mencoba mempekerjakan cleaner dan staff finance selama studio tutup. "Bersih-bersih studio tetep aja ada, kan berdebu kalau kelamaan ditinggal ya" ujar ibu dua anak ini. "Breathe ini sebenarnya baru aja naik lho, dan bisa dibilang incomenya lagi peak. Terus kita harus hadapi ini semua, yaudah mau gimana? Yang penting masih bisa ada pemasukan deh!"lanjutnya.

Amanda mengajar di hampir lima studio berbeda di Jakarta. Situasi PSBB yang menyebabkan semua studio tutup tidak membuat kesibukannya terhenti. "Buka online class gini enak juga lho! Jadi gue ngajar sambil liatin anak gue ada di mana. Selama ini gue ngajar kan ngejar waktu, pindah sana sini. Nyetir sendiri atau naik MRT dan ojek. Sekarang jadi 24 jam di rumah, ngajar tetap jalan dan bisa tetep deket sama anak-anak". Ternyata perks lain dari situasi karantina di Jakarta yang selama ini macet membuahkan berkat juga. Ditanya apa hal baru yang ia ketahui dari anaknya selama terus menerus mendampingi anaknya yang mulai pre-school belajar, jawabnya "Ternyata anak gue yang gede, harus banget diliatin kalo belajar. Kalo gak dia bisa ketiduran! Gurunya kan lewat internet jadi gak bisa bangunin dia kan?". Untungnya juga Amanda mengaku punya support system yang mendukung, meskipun dekat dengan anak-anak ia tetap bisa meninggalkan mereka ketika harus mengajar 1-2 jam dalam sehari. Untuk Amanda penting juga punya sedikit me-time, walau terbatas "Kalo gak, seharian di rumah sama orang yang sama selama 24 jam bisa bikin berantem lho!"kelakarnya.

Apalagi usaha Amanda untuk mengurangi beban pikiran dan menambah pemasukan? "Akhirnya gue ke dapur. Bikin cemilan dari nostalgia childhood di Australia, hedgehog dan lemon slice." Lewat Instagram, Amanda mencoba menjajakan Slice, produk cemilannya, dari mulut ke mulut. "Awalnya gue kirim-kirim dulu lah ke orang-orang. Cobain, enak gak? Kan gue yang bikin, kalo menurut gue enak, jangan-jangan buat orang lain gak enak lagi! Hahaha.." Di pekan terakhir Ramadan ini Amanda juga mencoba peruntungan lewat penjualan hampers bersama salah satu studio tempat ia mengajar, MOOD Jakarta. "Lumayan juga, bisa nambah buat uang jajan dan THR lah ya!"tegasnya menutup obrolan kami.

** Amanda mengajar yoga dengan style Ashtanga dan Vinyasa di Breathe dan beberapa studio lainnya. Ia juga mencoba peruntungan dengan menjual cemilan khas Australia di akun Slice sembari mendukung bisnis sang suami Po Noodle Bar.

No comments:

Post a Comment

What I Learn From: BTS Meals, Tokopedia, Mad Beauty and Everything "In The Name of BTS"..

Teaser kolaborasi BTS x McDonalds Tulisan ini ditulis dari pengalaman pribadi dari berbagai perspektif setelah kolaborasi McDonalds dan kola...